Bahagia Jadi Relawan

by 08.46 0 komentar
"Relawan tak dibayar bukan berarti tak bernilai, tapi karena tak ternilai." - Anies Baswedan

Aku setuju dengan ungkapan dari bapak Anies tersebut. Aku merasakannya sekarang. Sudah hampir satu bulan aku menjadi relawan yang mendapingi anak-anak belajar di satu kelurahan di daerah Semarang kota. Pertemuan rutin diadakan setiap hari Selasa dengan durasi waktu lebih kurang 2 jam di kantor kelurahan. Pada pertemuan pertama dengan anak-anak aku kira mereka jutek dan tidak mudah didekati. Tapi ternyata dugaanku salah besar. Ketika aku baru datang saja mereka sudah memberikan senyum termanisnya. Bahkan ada beberapa anak yang langsung bisa mengingat namaku. Mereka sangat terbuka padaku. Mereka mau menceritakan bagaimana sekolah mereka, memintaku untuk membantu mengerjakan PR, dan juga memintaku membuatkan soal latihan untuk mereka kerjakan. Oh sungguh aku bahagia sekali pada pertemuan pertama itu.


Seorang teman sedang mendampingi anak-anak membaca Ensiklopedia.

Aku akui, ini memang pengalaman pertamaku terjun langsung mendampingi anak-anak belajar. Selama ini aku tidak cukup percaya diri dalam mendampingi anak belajar. Aku takut mereka tidak menyukai cara penyampaianku dan akhirnya tidak memahami apa yang aku jelaskan. Apalagi dalam belajar matematika. Haduh... Ingin pergi saja rasanya. Aku memang kurang menyukai matematika jadi tidak aneh jika aku lemah dalam mata pelajaran ini. Padahal aku anak IPA waktu di SMA dulu *haha sudah lupakan -_-*.


Suasana di kantor kelurahan tempat belajar anak-anak.

Anak-anak itu merubah semua dugaanku, bahkan dugaan tentang diriku sendiri. Ketika kali pertama mendampingi seorang anak belajar *aku lupa siapa namanya* dia langsung memintaku menjawab soal matematika UN tahun kemarin. Dalam hati aku berkata, "Ya Allah aku tuh paling takut dikasih matematika eh pertama dampingin malah dapet ini plus soal UN pula.". Dan akhirnya mau tak mau aku pun mencoba mengerjakan soal tersebut. Aku mulai dengan membacanya, lalu aku mencoba mengingat apa rumusnya, sampai di akhir aku pun berhasil menjawab dan menjelaskan dengan baik pada anak itu. Aku benar-benar meyakinkan dia apakah dia sudah paham atau belum dengan penjelasanku. Terlihat lebay mungkin bagi sebagian orang, tapi aku ingin benar-benar dia memahaminya. Karena sekecil apapun ilmu yang kita sampaikan akan ada pertanggungjawabannya kelak. 

Dia pun menjawab, "iya mbak paham.". Jawaban itu membuat aku senang, senang sekali. Rasanya bukan hanya sekedar karena sudah membantu seorang anak memahami soal matematika, tapi juga rasa karena bisa menaklukan ketakutanku sendiri. Alhamdulillah. Aku bisa ternyata. Aku bisa.

3 pertemuan berlalu dan di setiap pertemuannya aku selalu mengajarkan matematika. Jadi tantangan tersendiri memang. Dan aku pun menyukainya. Anak-anak ini membantuku melawan ketakutanku. Anak-anak ini memberikanku kekuatan baru setiap kami habis bertemu. Anak-anak... Memang selalu menyenangkan. Betul kata Pak Anies, relawan tak ternilai karena kebahagian dari menjadi relawan memang tak ternilai.

Nia Faridawati Rustandi

Developer. Author.

Hi, I'm Nia. Muslim. Sundanese Girl. 20 y.o. Love to be traveler. Fan of indie music. Student of Semarang State University.

0 komentar:

Posting Komentar